Teori Organisasi di bagi menjadi 3 bagian, yaitu:
- · Teori
Organisasi Klasik
- · Teori
Organisasi NeoKlasik
- · Teori Organisasi Modern
1. TEORI ORGANISASI KLASIK
Konsep-konsep tentang organisasi telah berkembang
mulai tahun 1800-an, dan konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori
klasik (classical theory) atau kadang-kadang disebut juga teori
tradisional. Organisasi secara umum digambarkan oleh para teoritisi klasik
sebagai sangat tersentralisasi, dan tugas-tugasnya terspesialisasi. Para
teoritisi klasik menekankan pentingnya “rantai perintah” dan penggunaan
disiplin, aturan dan supervisi ketat untuk mengubah organisasi-organisasi agar
beroprasi lebih efisien. Teori klasik berkembang dalam tiga aliran : teori
birokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah. Ketiga aliran ini dibangun
atas dasar anggapan-anggapan yang sama. Ketiganya juga mempunyai efek yang sama
dalam praktek, dan semuanya dikembangkan sekitar tahun 1990 – 1950 oleh
kelompok-kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak saling
berhubungan.
Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam
bukunya : The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism. Kata
birokrasi mula-mula berasl dari kata legal-rasional. Organisasi
disebut rasional dalam hal penetapan tujuan dan perancanan organisasi untuk
mencapai tujuan tersebut. Menurut waber bentuk organisasi yang birokratik
secara kodratnya adalah bantuk organisasi yang palinga efisien. Weber
mengemukakan karakteristik-karakteristik birokrasi sebagai berikut :
- Pembagian
kerja yang jelas.
- Hirarki
wewenang yang di rumuskan secara baik.
- Program
rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
- Sistem
prosedur bagi penanganan situasi kerja.
- Sistem aturan yan
mencakup hak-hak dan kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
-
Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”.
Jadi, birokrasi adalah sebuah model organisasi
normatif, yang menekankan struktur dalam organisasi. Unsur-unsur birokrasi
masih banyak ditemukan di organisasi-organisasi modern yang labih kompleks
daripada hubungan “face-to-face” yang sederhana.
Teori Administrasi
Teori administrasi adalah bagian kedua dari teori
organisasi klasik. Teori administrasi berkembang sejak tahun 1990. teori ini
sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lynlali Urwick
dari Eropa, serata Mooney dan Reiley di Amerika.
Fayol mengatakan bahwa semua kegiatan-kegiatan
industrial dapat menjadi 6 kelompok :
- 1. Kegiatan
teknikal (produksi,adaptasi).
- 2. Kegiatan
komersial (pembelian, pertukaran).
- 3. Kegiatan
finansial (pencarian suatu pengguna optimum dari modal).
- 4. Kegiatan keamanan
(perlindungan terhadap kekayaan dan personalia organisasi).
- 5. Kegiatan akutansi
(pentuan persedian, biaya, penyusunan neraca dan lapoaran rugi-laba).
- 6. Kegiatan manajerial
(perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah dan pengawasan).
Fayol mengemukakan dan membahas 14 kaidah
manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori administrasi. Prinsip-prinsip
dari Fayol tersebut secara ringkas dapat di uraikan sebagai berikut :
- Pembagian kerja,
dengan adanya pembagian kerja atau spesialisasi akan meningkatkan
produktivitas, karena seseorang dapat memutuskan diri pada pekerjaan.
- Wewenang
dan tanggung jawab, wewenang adalah
hak untuk memberi perintah. Seorang anggota suatu organisasi mempunyai
tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan
kedudukannya.
- Disiplin,
harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan
organisasi.
-
Kesatuan
perintah, untuk mengirangi kekacauan, kebingungan, dan
konflik.
- Kesatuan
pengarahan, suatu organisasi akan efektif bila anggota-anggotanya
bekerja bersama berdasarkan tujuan-tujuan yang sama.
- Mendahulukan
kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
- Balas
jasa, pembayaran upah atau gaji harus bijaksana, adail, tidak
eksploatif dan sedapat mungkin memuaskan kedua blah pihak dan harus ada
penghargaan atas pelaksanaan tugas yang baik.
- Sentralisasi, organisasi
perlu mengatur tingkat keseimbangan optimum antara sentralisasi dan
desentralisasi.
- Rantai
skala, hubungan antara tugas-tugas disusun atas dasar
suatu hirarki dari atas ke bawah.
- Aturan, konsepsi
Fayol menyatakan bahwa harus ada suatu tempat untuk setiap orang, dan
setiap orang harus menduduki tempat yang memang seharusnya menjadi
tempatnya.
- Keadilan, keadilan
juga berarti adanya kesamaan perlakuan dalam organisasi.
- Kelanggengan
personalia, pentingnya adanya
kelangsungan, keamanan, dan kepastian kerja.
- Inisiatif, dalam
setiap tugas harus ada kemungkinan untuk menunjukan inisiatif sendiri
dalam menyelesaikan dan mengerjakan rencana di setiap tingkat.
- Semangat
Korps, “persatuan adalah kekuatan”. Pelaksanaan oprasi
organisasi yang baik perlu adanya kebanggaan, kesetiaan, dan rasa memiliki
dari para anggotanya.
Disamping itu, Fayol memerinci fungsi-fungsi
kegiatan administrasi menjadi elemen-elemen manajemen : perencanaan,
pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian, dan pengawasan.
Pembagian kegiatan-kegiatan administrasi atas fuingsi-fungsi ini dikenal
sebagaiFayol’s Fungctionalism atau teori fungsionalisme fayol.
Mooney dan Reilly menyebut Koordinasi sebagai faktor terpenting dalam
perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka kemukakan. Mereka
menekankan tiga perinsip oranisasi yang mereka teliti dan temukan telah
dijalankan dalam organisasi-organisasi pemerintahan, agama, militer dan bisnis.
Ketiga prinsip tersebut adalah : 1)Prinsip koordinasi, 2)Prinsip skalar, dan
3)Prinsip fungsional.
Manajemen Ilmiah
Bagaian ketiga dari teori klasik adalah manajemen
ilmiah. Manajemen ilmiah dikembangkan mulai sekitar tahun 1990 oleh Frederick
Winslow Taylor, telah dipergunakan cukup luas. Teori manajemen ilmiah masih
banyak dijumpai dalam praktek-praktk manajemen modern. Manajemen iliah
merupakan penerapan metode ilmiah pada stidi, analisa, dan pemecahan
maslah-masalah organisasai. Bagai kita yang penting adalah memandang manajemen
ilmiah sebagai teknik-teknik manajerial yang sangat berharga. Empat kaidah
dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu :
1. Menggantikan metode-metode kerja dalam praktek dengan
berbagai metode yang dikembangkan atas dasar ilmu pengethuan tentang kerja yang
ilmuah dan benar.
2. Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan pengenbangan para
karyawan secara ilmiah, agar memungkinkan para karyawan bekerja sabaik-baiknya
sesuai dengan spesialisasinya.
3. Pengembangan ilmu tentang kerja seleksi, latihan dan
pengenbangan secara ilmiah harus diintegrasikan, sehingga para karyawan
memperoleh kesempatan untuk mencapai tingkat upah yang tinggi, sementara
manajemen dapat menekankan biaya produksi menjadi rendah.
4. Untuk mencapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan
semangat dan mental para karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan
manajer sebagai upaya untuk menimbulkan suasana kerja sama yang baik.
2. TEORI ORGANISASI NEOKLASIK
Aliran pemikiran lebih lanjut yang muncul
digambarkan sebagai neoklasik, dan secara sederhana sebagai teori atau aliran
hubungan manusiawi. Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori
neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal memperluas teori klasik.
Teori neoklasik adalah menekankan pentingnya aspek psikologi dan sosial
karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya.
Perkembangan Teori Neoklasik
Teori neoklasik sebenarnya bukan merupakan teori
baru yang muncul seperti teori klasik. Teori neoklasik muncul dan “mengusulkan”
perubahan-perubahan pada teori klasik, sejak diperkenalkannya ilmu pengetahuan
tentang perilaku manusia. Pendekatan neoklasik mencakup uraian
sistematis organisasi informal, dan pengaruhnya para organisasi formal.
Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percoaan yang
dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo Nunsterberg. Pendekatan neoklasik
ditemukan juga di dalam buku-buku tentang hubungan manusiawi seperti Ardner dan
Moore, Human Ralation in Industry dan sebagainya.
1. Perubahan Neoklasik pada Tiang Dasar Teori
Organisasi Formal
Aliran neoklasik bukan merupakan atau mencetuskan
suatu teori murni seperti yang dilakukan aliran klasik. Pengikut aliran
neoklasik adalah mereka yang membahas kelemahan model klasik pada perilaku
organisasi, tetapi tidak menentang seluruh teori klasik.
Pembagian Kerja (Division of Labor)
Sejak pembagian kerja dilakukan, timbul masalah
yang disebut anomie. Anomie adalah situasi dimana pedoman kerja tidak ada dan
disiplin diri menjadi berkurang. Akibat adanya pembagian kerja adalah
spesialisasi yang mengakibatkan orang terpecah belah, merasa cemburu (iri)
dengan orang lain, dan sebagainya. Oleh karena itu teori neoklasik mengemukakan
perlunya :
1. Partisipasi atau
melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan, agar
merasa “terlibat” dengan pekerjaanya dan berkepentingan dalam perusahaan.
2. Perluasan kerja (job
enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi, agar orang menjadi tidak
terlalu spesial tetapi dapat memperluas kemampuan dan keahlian dalam bidang
lain.
3. Managemen bottom-up yang
memberi kesempatan kepada “para junior” untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan manajemen puncak.
Proses-proses Skalar dan Fungsional
Proses skalar dan fungsional (sclar and
functional processes) menimbulkan berbagai masalah dalam pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab. Neoklasik menyatakan bahwa kapasitas dan kekuasaan tak
dapat dikompensasikan, karena bukan merupakan satu-satunya hubungan; ada
faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan terutama hasil kegiatan “kaki-tangan
manusia”.
Struktur Organisasi
Tentang struktur irganisasi, teori neoklasik
menyatakan bahwa struktur merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran
(frictions) internal di antara orang-orang yang melaksanakan fungsi yang
berbeda-beda. Pergeseran-pergeseran ini terjadi terutama antara orang-orang
operasional (lini) dan oarang-orang staf. Menurut Melville Dalton penyebabnya
adalah : 1)Perbedaan tugas antara orang lini dan staf, 2)Perbedaan umur dan
pendidikan, dan 3)Perbedaan sikap.
Rentang Kendali
Penentuan rentang sangat tergantung pada pebedaan
individu dalam kemempuan manajemennya, tipe orangnya, efektivitas komunikasi,
fungsi pengawasan formal, serta derajat sentralisasi, dimana neoklasik
mengusulkan pengawasan bebas demokratis, sedang klasik memilih pengawasan
ketat. Rentang yang pendek mengakibatkan pengawasan yang ketat, rentang yang
luas memerlukan pendelegasian yang baik dengan mengurangi pengawasan. Karena
perbedaan individu dan organisasi, kadang-kadang yang satu lebih baik daripada
yang lain, maka rentang kendali tidak dapat ditetapkan secara kaku.
2.
Pandangan Neoklasik Terhadap Organisasi Informal
Titik tekanan teori neoklasik adalah pada dua
elemen pokok dalam organisasi, yaitu perilaku individu dan kelompok pekerja.
Faktor-faktor yang dapat menentukan munculnya organisasi informal, antara lain
: 1)Lokasi : Untuk membentuk suatu kelompok, orang harus mempunyai
kontak tatap muka yang baik. 2)Jenis Pekerjaan : Ini
merupakan faktor kunci yang menentukan munculnya dan komposisi organisasi
informal. 3)Minat : Walaupun orang-orang mungkin ada pada lokasi
yang sama, melaksanakan kerja yang sejenis, pebedaan minat di antara mereka
menjelaskan mengapa muncul beberapa organisasi informal yang kecil, di samping
satu yang besar. 4)Masalah-masalahkhusus : Dalam hal ini, yang sama
bergabung bersama untuk kapentingan khusus. Usaha yang labih baik bagi manajer
adalah mengembangkan suatu hubungan kerja dengan organisasi informal yang dapat
menghasilkan keselarasan pandangan organisasi formal dan informal.
3. TEORI ORGANISASI MODERN
Teori modern mengemukakan bahwa organisasi
bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil,
tetapi organisasi adalah suatu sistem terbuka yang harus menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungannya. Teori modern adalah multidisiplin
dengan sumbangan dari berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan.
1. Dasar
Pemikiran Teori Organisasi Modern
Teori organisasi dan manajemen modern
dikembangkan sejak tahun 1950, Teori modern, dengan tekanan pada perpaduan dan
perancangan, menyediakn pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh. Teori
organisasi modern labih dinamis daripada teori-teori lainnya dan meliputi lebih
banyak variabel yang dipertimbangkan. Teori modern bisa disebut sebagai teori
organisasi dan manajemen yang memadukan teori klasik dan neoklasik dengan
konsep-konsep yang lebih maju. Teori modern menyebutkan bahwa kerja suatu
organisasi adalah sangat kompeleks, dinamis, multilevel, multidimensional,
multivariabel, dan probabilistik. Organisasi terdiri dari antara hubungan
bagian-bagian dalam suatu sistem, ada badan-badan yang dihubungkan dengan tali
elastis. Sebagi suatu sistem, organisasi tediri atas 3 unsur : 1) unsur
struktur yang bersifat makro, 2) unsur proses yang juga bersifat makro dan 3)
unsur perilaku anggota organisasi yang bersifat mikro. Ketiganya saling
kait-mengkait dan sebenarnya tak terpisahkan satu sama lain.
Teori Sistem Umum
Tujuan teori sistem umum adalah penciptaan suatu
ilmu pengetahuan organisasi universal dengan menggunakan elemen-elemen dan
proses-proses umum seluruh sistem sebagi titik awal. Secara ringkas, teori
organisasi modern dan teori sistem umum, mempelajari:
1. Bagian-bagian dalam keseluruhan dan pergerakan individu di
dalam dan di luar sistem.
2. Interaksi individu-individu dengan lingkungan yang terjadi
dalam sistem.
3. Interkasi di antara individu-individu dalam sistem.
4. Masalah-masalah pertumbuhan dan stabilitas sistem.
Teori Organisasi Dalam Suatu Kerangka Sistem
Teori organisasi modern sebenarnya bukan
merupakan kesatuan kerangka berpikir. Barangkali yang paling berguna dalam
mempelajari sistem organisasi adalah usaha memandang organisasi sebagai suatu
keseluruhan. Bagian-bagian dari sistem dan saling ketergantungannya.
1. Sistem adalah individu, dan terstruktur kepribadiannya yang
diberikan kepada organisasi.
2. Sistem adalah penentuan fungsi-fungsi formal, yang bisa
disebut organisasi formal.
3. Dalam sistem Organisasi adalah organisasi informal.
4. Struktur status dan peranan.
5. Lingkungan phisik pelaksana pekerjaan.
Proses-proses hubungan dalam sistem. Teori
organisasi modern menunjukan tiga kegiatan proses hubungan universal yang
selalu mucul pada sistem manusia dalam perilakunya berorganisasi. Ketiga proses
tersebut adalah komunikasi, berusaha untuk mencapai keseimbangan, dan
pengambilan keputusan. Teori modern mendefinisikan organisasi sebagai
proses-proses yang tersusun dalam suatu sistem dimana orang-orang
didalamnya berinteraksi untuk mencapai tujuan.
2.
Pendekatan-Pendekatan Manajemen
Pendekatan-pendekatan manajemen, yaitu
pendekatan-pendekatan proses, perilaku, kuantitatif, sistem dan contingency
(situasional).
Pendekatan Proses
Pendekatan proses dalam manajemen juga disebut
pendekatan fungsional, oprasional, universal, tradisional atau klasik. Empat
prinsip pendekatan proses klasik yang penting adalah : 1)Kesatuan perintah,
2)Persamaan wewenang dan tanggung jawab, 3)Rentang kendali yang terbatas, dan
4)Delegasi pekerjaan-pekerjaan rutin.
Pendekatan Keperilakuan
Pendekatan keprilakuan muncul karena ketidakpuasn
terhadap pendekatan klasik. Pendekatan ini, sering disebut pendekatan hubungan manusiawi,
mengemukakan bahwa pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi
produksi dan keharmonisan kerja, karena mengabaikan faktor perilaku
masing-masing individu yang berbeda-beda dalam organisasi. Pendekatan
keprilakuan menekankan pentingnya koperasi dan moral karyawan.
Pendekatan Kuantitatif
Pendekatn kuantitatif sering dinyatakan dengan
istilah managemen science atau operations research (OR). Pendekatan ini
terutama memandang manajemen dari perspektif model-model matematis dan
proses-proses kuantitatif. Menurut pendekatan kuantitatif, masalah-masalah
manajemen dapat dirumuskan dan dijabarkan dalam berbagai bentuk model
matematis, dan kemudian dianalisa serta dipecahkan dengan menggunakan berbagai
teknik atau metode kuantitatif untuk memperoleh hasil optimum. Pendekatan ini menganalisa
masalah-masalah manajemen secara logik dan mengembangkan berbagai alternatif
keputusan pamecahannya. Pendekatn kuantitatif bukan keseluruhan manajemen,
tetapi memberikan teknik-teknik sangat efektif untuk penyelesaian
masalah-masalah manajemen tertentu.
Pendekatan Sistem
Pendekatan Sistem dalam manajemen merupakan
pendekatn paling akhir, dan dapat dipahami dengan sudut pandang teori sistem
umum atau analisis sistem. Pendekatan sistem terutama menekankan saling
ketergantungan dan keterkaitan bagian-bagian organisasi sebagai keseluruhan.
Pendekatan ini memberikan kepada manajemen cara memandang organisasi sebagai
keseluruhan dan sebagai bagian lingkungan eksternal yang lebih luas. Pendekatan
sistem umumnya dapat dikaitkan dengan konsep-konsep organisasi formal dan
teknis, sosiopsikologis dan filisofis. Analisis berbagai sistem manajemen
khusus meliputi bidang-bidang seperti stuktur organisasi, desain pekerjaan,
akutansi. Sistem informasi, dan mekanisme-mekanisme perencaan dan pengawasan.
Pendekatan Contingency
Pendekatan Contingency muncul karena
ketidakpuasan atas anggapan keuniversalan dan kebutuhan untuk memasukkan
berbagai variabel lingkungan ke dalam teori dan praktek manajemen. Pendekatan
contingency menggunakan hubungan-hubungan fungsional “bila-maka” (if-then),
dimana “bila” menunjukan variabel-variabel lingkungan dan “maka” tejadi atas
konsep-konsep dan teknik-teknik manejemen yang mengarahkan ke pencapaian tujuan
organisasi. Ada tiga komponen pokok dalam kerangka konsepsual untuk pendekatan
contingency : lingkungan, konsep-konsep dan teknik-teknik manajemen, hubungan
kontingensi antara keduanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar